Novel Singkat Cinta diantara Dua Dunia
Novel Singkat Cinta diantara Dua Dunia

Novel Singkat: Cinta di Antara Dua Dunia

Selena, putri kerajaan vampir, melanggar aturan dunia gelap dengan jatuh cinta pada Arka, seorang manusia yang pemberani. Cinta mereka menghadapi tantangan besar, dari tekanan kerajaan hingga ancaman raja vampir Damian yang obsesif.

Ketika sumpah abadi di Celah Bintang menjadi satu-satunya harapan mereka, Selena harus memilih antara cinta sejati atau tanggung jawabnya sebagai pewaris kerajaan. Akankah cinta mereka mampu mengatasi perbedaan dunia, atau justru menjadi akhir dari segalanya?

Bab 1: Pertemuan di Tengah Malam

Di bawah sinar bulan purnama yang terang, hutan di perbatasan kerajaan vampir tampak seperti kanvas hidup. Ranting-ranting pohon menjulang tinggi, membentuk bayangan gelap yang menari-nari di atas tanah berbatu. Suara burung malam dan gemerisik daun menjadi satu-satunya saksi kehadiran seorang gadis bergaun hitam pekat, melangkah perlahan di antara pepohonan. Dia adalah Selena, putri kerajaan vampir yang tengah melarikan diri dari tekanan istana.

Selena menarik napas panjang, mencoba menikmati kebebasan yang jarang ia rasakan. Hutan ini adalah tempat favoritnya sejak kecil, tempat di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa tatapan penuh ekspektasi dari para bangsawan vampir. Namun, malam itu terasa berbeda. Ada aroma asing yang tertangkap oleh penciumannya—aroma yang hangat dan tidak biasa. Aroma manusia.

Rasa penasaran memaksa Selena untuk mengikuti jejak aroma itu. Semakin dalam ia melangkah, semakin kuat pula aroma tersebut. Hingga akhirnya, ia melihat seorang pemuda tengah duduk di atas batu besar di tepi sungai kecil. Pemuda itu terlihat lelah, dengan napas yang sedikit terengah. Cahaya bulan memantul pada wajahnya yang tampak polos namun penuh tekad. Dia bukan sekadar manusia biasa, pikir Selena.

“Siapa kau?” suara Selena memecah keheningan malam. Suaranya dingin, tetapi ada nada ingin tahu yang tersembunyi di baliknya.

Pemuda itu, yang ternyata bernama Arka, terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan. Ia menoleh, matanya bertemu dengan mata merah darah milik Selena. Meskipun takut, ia tidak lari. “Aku… hanya seorang pelancong,” jawabnya gugup. “Aku tersesat.”

Selena mendekat, gerakannya begitu anggun hingga hampir menyerupai tarian. “Tersesat? Di hutan yang hampir tak seorang pun berani memasukinya?” tanyanya, nadanya penuh curiga.

Arka menelan ludah, lalu mengangguk pelan. “Aku mendengar cerita tentang hutan ini. Katanya, tempat ini menyimpan rahasia besar. Aku ingin tahu apa itu.”

Selena tersenyum tipis. Keberanian pemuda ini aneh sekaligus menarik. “Kau tahu, banyak yang tidak pernah kembali setelah memasuki hutan ini?” tanyanya sambil memiringkan kepala, mencoba membaca niat Arka.

“Aku tahu,” jawab Arka tanpa ragu. “Tapi aku tidak peduli. Aku lebih takut pada hidup yang monoton daripada pada kematian.”

Jawaban itu membuat Selena terdiam sejenak. Dia tidak menyangka seorang manusia bisa berbicara dengan keberanian seperti itu. “Namamu siapa?” tanya Selena akhirnya, nada suaranya lebih lembut.

“Arka,” jawabnya. “Dan kau?”

“Selena,” balasnya, tanpa menyebut gelar kerajaannya. Nama itu cukup untuk saat ini.

Malam itu, mereka berbicara cukup lama. Selena tahu ia seharusnya tidak berlama-lama dengan manusia, tetapi ada sesuatu dalam diri Arka yang membuatnya merasa nyaman. Sementara itu, Arka tidak menyadari siapa Selena sebenarnya. Ia hanya melihat seorang gadis misterius dengan mata yang memancarkan kekuatan yang tidak biasa.

Namun, saat fajar mulai menyingsing, Selena tahu waktunya untuk pergi. “Kita tidak seharusnya bertemu lagi,” katanya tiba-tiba, membuat Arka bingung.

“Kenapa?” tanya Arka, mencoba menghentikannya. “Apa aku melakukan sesuatu yang salah?”

“Tidak,” jawab Selena singkat. “Tapi dunia kita terlalu berbeda.”

Sebelum Arka sempat berkata apa-apa, Selena sudah menghilang di antara bayangan pepohonan, meninggalkan Arka sendirian dengan pertanyaan-pertanyaan yang berputar di kepalanya. Namun, di balik kepergiannya, Selena merasa hatinya bergetar—sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Tanpa disadari, pertemuan itu telah menjadi awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua.

Bab 2: Rahasia Keluarga Kerajaan

Selena berjalan perlahan menuju gerbang besar istana kerajaan vampir. Istana megah dengan menara-menara tinggi itu berdiri kokoh di tengah lembah gelap yang selalu diselimuti kabut. Udara malam semakin dingin, tetapi bagi vampir, itu hanyalah sapaan hangat. Namun, pikiran Selena tak sepenuhnya tenang. Bayangan Arka dan percakapan mereka di hutan terus bermain di benaknya.

“Selena.” Suara berat dan tegas milik Raja Vladimir, ayahnya, membuat langkahnya terhenti. Di ambang pintu aula utama, Raja berdiri dengan mantel hitam panjang yang berkilauan dalam cahaya obor. Tatapan matanya tajam, penuh kewibawaan.

“Ayah,” jawab Selena, mencoba menyembunyikan kegugupan di balik wajah tenangnya.

“Kau ke mana tadi malam?” tanya Raja Vladimir, langsung ke pokok permasalahan. “Aku tidak menemukanmu di istana.”

Selena menggigit bibirnya, lalu menjawab, “Hanya berjalan-jalan di hutan. Aku butuh waktu sendiri.”

Raja Vladimir mendekat, postur tubuhnya yang besar mendominasi ruangan. “Berjalan-jalan di hutan, di malam bulan purnama? Kau tahu risiko di luar sana, Selena. Apalagi, ada laporan bahwa manusia mulai menjelajah lebih dekat ke perbatasan kita.”

Selena menundukkan kepala, mencoba menghindari tatapan ayahnya. “Aku tidak bertemu siapa pun,” katanya singkat.

Namun, Raja Vladimir tidak sepenuhnya percaya. “Kau tahu aturan, Selena. Kita tidak boleh berurusan dengan manusia. Mereka lemah, berbahaya, dan tidak memahami dunia kita. Mereka hanya akan membawa kehancuran.”

Selena mengangguk, meskipun hatinya memberontak. Ia tahu bahwa aturan itu sudah menjadi bagian dari tradisi kerajaan, tetapi pertemuannya dengan Arka memberinya perspektif yang berbeda. Manusia tidak tampak seperti ancaman baginya. Justru, ada sesuatu yang unik dalam keberanian dan ketulusan Arka.

Malam itu, Selena berdiam di kamarnya yang luas. Tirai tebal menutupi jendela besar, hanya menyisakan celah kecil yang memungkinkan sinar bulan masuk. Ia duduk di tepi tempat tidur, jari-jarinya memegang liontin kecil berbentuk bulan sabit—hadiah dari ibunya yang telah lama tiada.

Pikirannya melayang ke masa lalu. Ibunya, Ratu Elena, adalah sosok yang selalu memeluk dunia dengan kebijaksanaan dan kasih sayang. Selena ingat, ibunya sering bercerita tentang pentingnya mengikuti hati, meski dunia menentang. Namun, setelah kepergiannya, ayahnya berubah menjadi sosok yang keras dan penuh kontrol.

Selena memutuskan untuk pergi ke perpustakaan istana. Deretan buku tua berjajar rapi, aroma kertas kuno dan lilin memenuhi ruangan. Ia mencari buku-buku tentang legenda lama—cerita tentang vampir yang mencintai manusia. Ia menemukan sebuah buku tipis berjudul “Kutukan Dua Dunia”.

Dalam buku itu, Selena membaca kisah seorang vampir bernama Alaric yang jatuh cinta pada manusia bernama Liliana. Hubungan mereka dianggap melawan hukum alam, sehingga dewa kegelapan mengutuk mereka. Liliana meninggal dengan tragis, sementara Alaric hidup dalam penyesalan abadi. Kutukan itu juga dipercaya menjadi asal mula peraturan ketat yang melarang hubungan vampir dengan manusia.

Selena menutup buku itu dengan jantung berdebar. Apakah pertemuannya dengan Arka hanya akan membawa kehancuran? Tapi, kenapa ia merasa berbeda? Ia tidak bisa mengabaikan perasaan yang muncul sejak malam itu.


Sementara itu, di aula istana, Raja Vladimir sedang berbicara dengan penasihat utamanya, Sir Kael. “Aku mencium sesuatu yang aneh pada Selena,” kata Raja. “Dia menyembunyikan sesuatu dariku.”

Sir Kael mengangguk pelan. “Apakah kau ingin aku menyelidikinya, Yang Mulia?”

Raja Vladimir memikirkan sejenak sebelum menjawab. “Ya. Pastikan Selena tidak terlibat dengan manusia. Jika itu terjadi, aku tak akan segan untuk mengambil tindakan.”

Di sudut ruangan, tak seorang pun menyadari bahwa seseorang mendengar percakapan itu. Ia adalah Lady Camilla, bibi Selena, yang selama ini menjadi satu-satunya keluarga yang selalu membela Selena. Wajah Camilla berubah gelisah. Ia tahu, Selena terlalu mirip dengan ibunya—berhati lembut dan selalu mengikuti kata hatinya. Jika Raja Vladimir menemukan kebenaran, Selena akan berada dalam bahaya.

Lady Camilla bergegas meninggalkan aula. Ia harus memperingatkan Selena sebelum semuanya terlambat. Namun, ia tahu satu hal dengan pasti—pertarungan ini baru saja dimulai.

Bab 3: Bayangan Masa Lalu

Pagi di hutan perbatasan terasa lebih tenang dari biasanya, tetapi bagi Arka, pikirannya justru penuh dengan kebingungan. Malam itu masih terbayang jelas—mata merah Selena, aura misteriusnya, dan kata-katanya yang meninggalkan banyak pertanyaan. Siapa sebenarnya gadis itu? Mengapa ia tampak begitu berbeda, hampir seperti tidak berasal dari dunia manusia?

Arka memutuskan untuk kembali ke desa terdekat, tempat ia menginap sementara selama perjalanannya. Ia mengambil sebuah buku catatan tua dari ranselnya, berisi kumpulan legenda dan mitos yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun. Arka adalah seorang pengembara sekaligus peneliti cerita rakyat. Ia percaya bahwa di balik setiap mitos selalu ada kebenaran tersembunyi.

Selena. Nama itu seperti terukir di pikirannya. Ia mulai membolak-balik halaman catatan, mencari petunjuk. Hingga ia menemukan sebuah kisah tentang Kerajaan Vampir Noctis, sebuah legenda lama yang sering dianggap hanya dongeng belaka. Dikisahkan bahwa kerajaan itu tersembunyi di lembah berkabut, dijaga oleh makhluk-makhluk kegelapan. Vampir di sana hidup abadi tetapi terikat pada aturan ketat yang melarang mereka berinteraksi dengan manusia.

Arka membaca lebih jauh. “Jika seorang vampir melanggar aturan dan mencintai manusia, kutukan abadi akan jatuh ke atas mereka. Kutukan itu membawa kehancuran bukan hanya pada sang pelanggar, tetapi juga pada dua dunia.” Ia berhenti membaca, merasakan aliran darahnya menjadi dingin. Apakah Selena… bagian dari legenda ini?


Di sisi lain, Selena duduk di taman rahasia istana, dikelilingi bunga-bunga malam yang hanya mekar di bawah sinar bulan. Ia menyukai tempat ini karena keheningannya, tetapi malam ini pikirannya tidak bisa tenang. Ia teringat percakapannya dengan Arka. Mata manusia itu begitu tulus, sesuatu yang jarang ia temukan di dunia vampir yang penuh intrik dan politik.

Langkah-langkah ringan terdengar di belakangnya. Selena menoleh dan melihat Lady Camilla, bibinya yang selalu menjadi pelindungnya. Wajah Camilla terlihat cemas, membuat Selena langsung menyadari ada sesuatu yang tidak beres.

“Camilla, ada apa?” tanya Selena, suaranya penuh kekhawatiran.

Lady Camilla duduk di sampingnya, menggenggam tangan Selena. “Kau harus hati-hati, Selena. Ayahmu tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan. Ia menyuruh Sir Kael untuk menyelidikimu.”

Selena terkejut, tetapi ia mencoba menyembunyikannya. “Aku tidak menyembunyikan apa-apa,” kilahnya.

Camilla menghela napas panjang. “Selena, aku tahu kau berbeda. Kau lebih mirip ibumu daripada ayahmu. Kau mengikuti hatimu, tapi dunia ini tidak akan memaafkanmu jika kau melangkah terlalu jauh.”

“Apakah kau tahu tentang ibuku dan manusia?” tanya Selena tiba-tiba, menatap mata bibinya.

Camilla terdiam, seolah berjuang dengan pikirannya sendiri. Setelah beberapa saat, ia berkata, “Ya. Ibumu pernah mencintai manusia. Itu terjadi sebelum ia menikahi ayahmu. Tapi hubungan itu tidak pernah diceritakan kepada siapa pun, bahkan tidak pada Raja Vladimir.”

Selena tertegun. “Apa yang terjadi pada manusia itu?”

Camilla menunduk. “Ia mati, Selena. Dan ibumu hampir kehilangan kewarasannya. Hanya setelah itu ia menerima takdirnya sebagai ratu. Tapi kau berbeda. Kau terlalu mirip dengannya—terlalu berani menantang takdir.”

Selena merasa dadanya sesak. Ia tidak tahu kisah itu, dan kini semua terasa masuk akal. Perasaan yang ia miliki untuk Arka mungkin lebih dari sekadar ketertarikan. Tapi, apakah ia siap menghadapi risiko besar seperti yang dihadapi ibunya?

Sementara itu, Arka memutuskan untuk kembali ke hutan perbatasan malam itu. Ia tidak tahu apa yang mendorongnya, tetapi nalurinya mengatakan bahwa ia harus menemukan Selena lagi. Ia membawa senter kecil dan sebuah belati yang selalu ia bawa untuk perlindungan. Langkahnya mantap, meski rasa takut sesekali menyelinap di benaknya.

Ketika ia tiba di tempat di mana ia bertemu Selena sebelumnya, ia mendengar suara langkah halus di belakangnya. Ia berbalik dan mendapati Selena berdiri di sana, bayangan gelap menyelimuti tubuhnya.

“Kau kembali,” kata Selena, nadanya datar tetapi matanya menunjukkan keheranan.

“Aku ingin jawaban,” jawab Arka tegas. “Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau seperti… bukan manusia?”

Selena mendekat, tatapannya tajam. “Kau tidak akan percaya meskipun aku memberitahumu.”

“Cobalah aku,” balas Arka, meski hatinya berdegup kencang.

Selena terdiam sejenak, lalu berkata pelan, “Aku adalah vampir, Arka. Aku berasal dari dunia yang kau anggap hanya mitos.”

Kata-kata itu menggema di udara malam, meninggalkan Arka dalam keterkejutan. Ia menatap Selena, mencoba memahami kebenaran di balik kata-katanya. Meskipun hatinya dipenuhi rasa takut, ia tidak mundur. Sebaliknya, ia justru merasa lebih penasaran, lebih terikat pada gadis di hadapannya.

“Jika kau vampir, kenapa kau tidak melukaiku?” tanya Arka, nada suaranya penuh keheranan.

Selena menatapnya dalam, senyumnya samar. “Karena aku bukan seperti mereka yang lain. Aku tidak ingin menghancurkan… apa pun.”

Malam itu, rahasia besar telah terungkap, tetapi keduanya tahu bahwa itu hanyalah awal dari kisah yang jauh lebih rumit. Di balik keheningan malam, ada bahaya yang mengintai dari kedua dunia mereka.

Bab 4: Kehadiran Raja Damian

Istana Kerajaan Vampir Noctis dipenuhi hiruk-pikuk persiapan. Para pelayan berlarian di aula megah, menata meja perjamuan, dan menggantung lilin-lilin kristal yang berkilauan seperti bintang. Suasana ini terasa tidak biasa bagi Selena. Ia tahu ada sesuatu yang besar sedang direncanakan.

“Selena,” suara Raja Vladimir memanggilnya dari singgasana besar di tengah aula. Wajahnya penuh wibawa seperti biasa, namun ada senyuman tipis yang sulit ditebak maksudnya. “Kita akan menerima tamu istimewa malam ini.”

“Tamu istimewa?” tanya Selena, mencoba menyembunyikan rasa cemas.

“Raja Damian dari Kerajaan Umbra akan datang. Ia mengajukan aliansi melalui pernikahan,” jawab Raja Vladimir dengan nada yang tegas dan penuh harapan.

Selena merasakan dadanya terhimpit. Aliansi melalui pernikahan? Apakah itu berarti ia yang menjadi bagian dari rencana ini?

“Ayah,” Selena mencoba menolak dengan halus, “apakah ini sudah keputusan final? Kita bahkan belum berbicara soal hal ini sebelumnya.”

“Tidak ada yang perlu dibicarakan,” jawab Raja Vladimir tanpa sedikit pun memberi ruang untuk diskusi. “Ini adalah kesempatan besar bagi kerajaan kita. Damian adalah pemimpin kuat, dan aliansi ini akan memperkokoh kekuasaan kita di seluruh lembah.”

Selena hanya bisa diam. Ia tahu ayahnya tidak akan mendengar alasan apa pun. Ia merasa seperti bidak catur yang digunakan untuk kepentingan kerajaan, tanpa memedulikan apa yang ia rasakan.


Malam itu, Raja Damian tiba dengan kemegahan yang menakjubkan. Ia datang menaiki kereta hitam yang ditarik oleh kuda-kuda besar berwarna gelap. Sosoknya langsung menarik perhatian ketika ia melangkah masuk ke aula istana. Damian adalah pria dengan tinggi menjulang, rambut hitam legam yang licin, dan mata keemasan yang bersinar tajam. Pesonanya memancarkan aura kekuasaan, tetapi ada sesuatu yang dingin dan mengancam dalam dirinya.

Ketika pandangan Damian bertemu dengan Selena, senyuman kecil tersungging di bibirnya. “Jadi, ini putri yang telah membuat namanya terdengar hingga ke kerajaan kami,” katanya dengan nada menggoda. “Kecantikanmu memang tidak berlebihan dalam cerita, Putri Selena.”

Selena hanya memberikan anggukan kecil, mencoba bersikap sopan. Ia merasakan ketegangan luar biasa dalam ruangan itu, terutama dari tatapan Damian yang tampak terlalu intens.

“Malam ini kita rayakan awal dari aliansi besar ini,” ujar Damian kepada semua yang hadir. “Namun, aku berharap aliansi ini tidak hanya menjadi penggabungan kekuatan kerajaan kita, tetapi juga hati kita, Putri Selena.”

Ucapan Damian disambut tepuk tangan dari para bangsawan. Selena tersenyum tipis, tetapi hatinya berteriak menolak. Di balik sikap Damian yang sopan, ia merasakan ada sesuatu yang gelap dan berbahaya.

Setelah pesta usai, Damian meminta waktu untuk berbicara dengan Selena secara pribadi. Mereka berjalan-jalan di taman istana, ditemani cahaya bulan dan gemerisik angin malam.

“Kau tidak banyak bicara, Selena,” kata Damian, suaranya rendah tetapi tegas. “Apakah aku menakutimu?”

“Tidak,” jawab Selena dengan tenang. “Hanya saja, aku belum terbiasa dengan semua ini.”

Damian tersenyum. “Aku mengerti. Tapi kau harus tahu, aku tidak hanya ingin aliansi ini untuk politik. Aku benar-benar ingin mengenalmu lebih jauh.”

Selena menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa enggannya. Ia tahu Damian adalah pria yang kuat, dan menolak langsung bukanlah pilihan yang bijak. “Aku akan mencoba,” jawabnya singkat.

Namun, dalam hatinya, Selena tahu bahwa ia tidak bisa mencintai Damian. Apalagi, perasaan kepada Arka terus menghantui pikirannya. Ia sadar situasi ini akan menjadi lebih rumit.

Di waktu yang sama, Arka kembali ke hutan perbatasan. Setelah mengetahui bahwa Selena adalah vampir, ia seharusnya menjauh. Tetapi, semakin ia mencoba melupakan, semakin dalam pula rasa penasarannya terhadap Selena. Ia merasa ada sesuatu dalam dirinya yang ingin melindungi gadis itu, meskipun ia tahu itu bisa membahayakan nyawanya sendiri.

Ketika ia mendekati tempat di mana ia pertama kali bertemu Selena, ia mendengar suara langkah berat di belakangnya. Arka menoleh dan mendapati dua sosok pria tinggi dengan mata merah menyala. Mereka adalah pengawal vampir.

“Manusia,” salah satu dari mereka berkata dengan suara menggeram. “Apa yang kau lakukan di sini?”

Arka berusaha untuk tidak panik. “Aku hanya seorang pengembara,” katanya, mencoba bersikap tenang.

“Kau sudah terlalu jauh ke wilayah kami,” kata pengawal lainnya. “Ini bukan tempat untuk manusia.”

Ketika mereka hendak mendekati Arka, suara lembut namun tegas menghentikan mereka. “Lepaskan dia.”

Arka melihat Selena muncul dari kegelapan, mengenakan gaun hitam yang anggun. Para pengawal langsung mundur dan menundukkan kepala. “Maafkan kami, Putri Selena,” kata mereka serempak.

Selena menatap mereka tajam. “Jangan ada yang menyakiti dia. Aku yang akan mengurusnya.”

Setelah para pengawal pergi, Selena mendekati Arka. “Kau seharusnya tidak kembali,” katanya dengan nada penuh peringatan.

“Aku tidak bisa,” jawab Arka tegas. “Aku tidak bisa mengabaikan perasaan ini, Selena. Ada sesuatu tentangmu yang membuatku merasa harus di sini.”

Selena menghela napas. “Kau tidak tahu apa yang kau hadapi, Arka. Dunia kita tidak seharusnya bersatu.”

“Tapi aku tidak peduli,” balas Arka. “Katakan padaku, Selena. Apa yang sebenarnya kau rasakan?”

Selena terdiam. Ia tahu bahwa ia tidak bisa terus membohongi dirinya sendiri. “Arka,” katanya pelan, “aku takut. Tapi aku tahu satu hal—aku tidak ingin kehilanganmu.”

Malam itu, Selena dan Arka menyadari bahwa perasaan mereka terlalu kuat untuk diabaikan. Namun, di dalam istana, Raja Damian yang misterius mulai menyusun rencana. Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Selena, dan ia tidak akan membiarkan apa pun menghalangi keinginannya. Konflik di antara mereka baru saja dimulai.

Bab 5: Pemberontakan Hati

Hari-hari berlalu sejak pertemuan Selena dan Arka di hutan. Namun, sejak saat itu, Selena menjadi lebih gelisah. Perasaannya kepada Arka semakin dalam, tetapi kehadiran Raja Damian semakin menekan kebebasannya. Damian selalu mencari alasan untuk berada di dekat Selena, membuat suasana istana semakin menyesakkan.

Di salah satu malam, Selena memutuskan untuk mengunjungi taman rahasianya. Tempat itu menjadi satu-satunya pelarian dari kehidupan istana yang penuh tekanan. Ia duduk di bangku batu di bawah pohon tua, mencoba meredakan pikirannya yang kacau. Namun, ia tidak sendirian malam itu.

“Kau tampak gelisah, Selena.” Suara Damian terdengar dari belakangnya. Selena mendongak dan melihat pria itu berjalan mendekat, mengenakan jubah hitam panjang. Matanya yang keemasan memancarkan sesuatu yang membuat Selena merasa tidak nyaman.

“Aku hanya ingin sendiri, Damian,” jawab Selena dingin.

“Tentu, aku bisa mengerti itu. Tapi aku rasa, seorang ratu tidak seharusnya mengasingkan diri terlalu sering,” kata Damian dengan senyum tipis. “Terutama ketika ada seseorang yang begitu peduli padamu.”

Selena menatapnya tajam. “Aku tidak pernah meminta kepedulianmu.”

Damian tertawa kecil, meski tawa itu terdengar dingin. “Selena, aku tahu kau merasa tertekan dengan aliansi ini. Tapi percayalah, aku adalah pilihan terbaik untukmu. Bersamaku, kau akan menjadi ratu terkuat di seluruh lembah. Tidak ada yang bisa mengancammu.”

Selena berdiri dari tempat duduknya, mencoba menjaga ketenangannya. “Kekuatan bukanlah hal yang aku cari, Damian. Aku hanya ingin hidup dengan caraku sendiri.”

Damian mendekat, membungkuk sedikit untuk menatap mata Selena. “Dan kau pikir manusia itu bisa memberimu kehidupan seperti itu?” Nada suaranya berubah tajam. Selena tertegun. Apakah Damian tahu tentang Arka?

“Kau tidak tahu apa yang kau bicarakan,” jawab Selena dengan nada tajam, mencoba mengalihkan pembicaraan. Namun, Damian tersenyum dingin.

“Oh, aku tahu lebih dari yang kau kira, Selena. Kau pikir kau bisa menyembunyikan hubungan terlarangmu dariku? Dari ayahmu? Dunia vampir tidak pernah menyimpan rahasia dengan baik.”

Selena merasakan darahnya mendidih. “Dia bukan urusanmu, Damian.”

Damian mendekat lebih lagi, suaranya rendah tetapi penuh ancaman. “Dia akan menjadi urusanku jika kau terus melanjutkan kebodohan ini. Hubunganmu dengannya tidak hanya berbahaya bagi kerajaan, tetapi juga akan menghancurkanmu. Apakah kau benar-benar ingin mengulang sejarah ibumu?”

Perkataan itu menusuk hati Selena. Ia teringat kisah ibunya, yang mencintai manusia dan harus menanggung rasa sakit seumur hidup. Tapi, berbeda dengan ibunya, Selena tidak ingin menyerah begitu saja. Ia tidak akan membiarkan siapa pun menentukan hidupnya.

“Damian,” kata Selena dengan suara dingin, “apa pun yang kau rencanakan, aku tidak akan pernah menjadi milikmu.”

Tatapan Damian berubah gelap. Ia tersenyum, tetapi senyuman itu penuh ancaman. “Kita lihat saja, Selena. Dunia ini tidak selalu berpihak pada yang lemah.” Setelah berkata demikian, Damian pergi meninggalkan Selena sendiri.


Di tempat lain, Arka berada di desa terdekat, mencoba mencari informasi lebih lanjut tentang dunia vampir. Ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang dikenal sebagai penjaga cerita rakyat setempat. Lelaki itu tinggal di sebuah pondok kecil di pinggir hutan.

“Kau mencari tahu tentang vampir, Nak?” tanya lelaki tua itu sambil menyeruput tehnya.

“Ya,” jawab Arka. “Aku ingin tahu bagaimana aku bisa melindungi seseorang dari mereka.”

Lelaki tua itu mengerutkan kening. “Kau bercanda? Vampir adalah makhluk yang jauh lebih kuat daripada manusia. Kau tidak akan bisa melindungi siapa pun dari mereka, apalagi jika kau sendiri terlibat.”

“Tapi ada sesuatu yang bisa menghentikan mereka, kan?” desak Arka.

Lelaki tua itu terdiam, kemudian mengambil sebuah buku usang dari rak. Ia membuka halaman yang dipenuhi tulisan tangan dan gambar simbol-simbol aneh. “Ada satu cara,” katanya perlahan. “Tapi itu membutuhkan keberanian yang luar biasa dan pengorbanan besar.”

“Apa itu?” tanya Arka dengan penuh tekad.

“Cincin Darah. Legenda mengatakan bahwa itu adalah artefak kuno yang dapat menyeimbangkan kekuatan manusia dan vampir. Tapi cincin itu tersembunyi di tempat yang sangat berbahaya—di dalam reruntuhan kerajaan vampir pertama.”

Mata Arka menyala dengan semangat. “Di mana aku bisa menemukannya?”

Lelaki tua itu menatapnya tajam. “Kau gila jika kau berpikir untuk mencarinya. Kau bahkan mungkin tidak akan kembali hidup-hidup.”

“Aku tidak peduli,” jawab Arka tegas. “Jika itu satu-satunya cara untuk melindungi Selena, aku akan melakukannya.”

Lelaki tua itu menghela napas berat. “Baiklah, Nak. Aku akan memberimu petunjuk, tapi kau harus siap menghadapi risiko besar.”

Sementara itu, Selena kembali ke kamarnya dengan hati yang dipenuhi amarah dan ketakutan. Damian sudah mengetahui tentang Arka, dan itu berarti waktu mereka semakin terbatas. Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang lain—keberanian untuk melawan takdir.

Selena berdiri di depan cermin besar di kamarnya, menatap bayangannya sendiri. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun menghancurkan hidupku,” katanya pelan, tetapi penuh tekad. Ia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai, dan ia harus lebih kuat untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Bab 6: Cinta yang Tak Direstui

Suasana di istana semakin mencekam. Damian kini semakin sering berada di istana Kerajaan Noctis, mencari celah untuk mendekati Selena. Sementara itu, Raja Vladimir semakin mencurigai gerak-gerik putrinya. Selena merasa terjebak di tengah tekanan yang datang dari berbagai arah—Damian, ayahnya, dan rasa cintanya kepada Arka.

Malam itu, Selena mencoba menemui Lady Camilla secara diam-diam di sayap timur istana, jauh dari jangkauan pengawal. Camilla, satu-satunya orang yang Selena percaya, sedang berdiri di dekat jendela besar, menatap bulan yang bersinar redup.

“Camilla,” Selena memulai, suaranya pelan namun dipenuhi kegelisahan. “Damian tahu tentang Arka.”

Camilla menoleh dengan raut wajah serius. “Apa yang ia katakan padamu?”

“Ia mengancamku,” jawab Selena, suaranya bergetar. “Dia tahu aku bertemu dengan manusia dan memperingatkanku tentang bahaya hubungan ini. Tapi aku tidak bisa… aku tidak bisa melepaskan Arka, Camilla.”

Camilla menghela napas panjang, lalu menggenggam tangan Selena. “Aku tahu perasaanmu. Tapi kau harus hati-hati, Selena. Damian bukan pria biasa. Ia adalah salah satu vampir terkuat di lembah ini, dan dia tidak akan segan-segan menghancurkan apa pun yang menghalangi jalannya.”

“Aku tidak peduli seberapa kuat dia,” Selena menjawab tegas. “Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil kebebasanku, apalagi cinta yang baru saja aku temukan.”

Camilla menatap Selena dengan penuh kasih sayang, tetapi juga dengan kekhawatiran mendalam. “Kalau begitu, kau harus mempersiapkan dirimu. Ini bukan hanya tentang Damian, tapi juga ayahmu. Jika Raja Vladimir tahu, ia tidak akan memaafkanmu.”

Sementara itu, di hutan perbatasan, Arka memulai perjalanan berbahaya menuju lokasi yang disebut lelaki tua di desa—reruntuhan kerajaan vampir pertama. Meski malam semakin larut dan hutan semakin gelap, tekad Arka tidak goyah. Ia tahu bahwa hidupnya terancam, tetapi cintanya pada Selena memberinya kekuatan untuk terus maju.

Setelah beberapa jam berjalan, Arka tiba di sebuah lembah yang dikelilingi tebing-tebing curam. Di tengah lembah itu berdiri reruntuhan besar yang tampak suram dan angker. Pilar-pilar batu yang retak menjulang seperti bayangan hantu, dan suasana di sekitarnya dipenuhi aura dingin yang menusuk tulang.

Ketika Arka mendekati reruntuhan, ia merasakan kehadiran sesuatu yang tidak wajar. Dari balik bayangan pilar, dua sosok muncul—makhluk besar dengan kulit pucat dan mata merah menyala. Mereka adalah penjaga kuno, makhluk yang ditugaskan untuk melindungi Cincin Darah.

Arka mencengkeram belatinya erat-erat, bersiap menghadapi apa pun yang datang. “Aku tidak akan mundur,” gumamnya kepada dirinya sendiri.

Makhluk-makhluk itu menggeram dan melesat ke arahnya dengan kecepatan yang luar biasa. Pertarungan dimulai, dan Arka harus menggunakan semua keberanian serta kecerdasannya untuk bertahan. Meski terluka, ia berhasil mengakali para penjaga, menghindar dan memanfaatkan kelemahan mereka hingga akhirnya ia berhasil masuk ke dalam reruntuhan.

Di dalam, ia menemukan sebuah altar tua yang dihiasi ukiran-ukiran kuno. Di tengah altar itu, sebuah cincin kecil berwarna merah darah tergeletak, memancarkan cahaya lembut. Arka mendekati cincin itu dengan hati-hati, lalu mengambilnya. Seketika, ia merasakan aliran kekuatan aneh mengalir melalui tubuhnya.

“Cincin ini…,” bisiknya. “Ini akan membantuku melindungi Selena.”


Di istana, Selena menghadapi situasi yang semakin sulit. Damian tidak hanya mencoba mendekatinya secara pribadi, tetapi juga mulai memengaruhi Raja Vladimir untuk memaksakan pernikahan mereka.

“Ayah,” kata Selena di ruang singgasana, suaranya penuh ketegasan. “Aku tidak setuju dengan aliansi ini.”

Raja Vladimir menatapnya dengan dingin. “Ini bukan tentang persetujuanmu, Selena. Ini tentang kerajaan. Damian adalah sekutu yang kuat, dan pernikahan ini adalah keputusan terbaik untuk kita semua.”

“Kerajaan ini tidak akan runtuh hanya karena aku menolak menikah dengannya,” balas Selena, mencoba menahan air matanya. “Aku tidak mencintainya, Ayah. Aku mohon, izinkan aku memilih jalanku sendiri.”

“Cinta bukan sesuatu yang bisa dipertimbangkan dalam urusan kerajaan,” jawab Raja Vladimir tegas. “Kau adalah putri dari Kerajaan Noctis. Kewajibanmu adalah mendahulukan kepentingan rakyat, bukan hatimu.”

Selena tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia merasa seperti burung dalam sangkar emas, terjebak oleh takdir yang tidak pernah ia pilih. Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.

Malam itu, Selena memutuskan untuk bertemu dengan Arka sekali lagi. Ia meninggalkan istana secara diam-diam, melintasi hutan yang gelap hingga tiba di tempat biasa mereka bertemu. Ketika ia sampai, Arka sudah menunggunya. Wajahnya dipenuhi luka, tetapi matanya tetap memancarkan tekad yang kuat.

“Arka!” seru Selena, berlari menghampirinya. “Apa yang terjadi padamu?”

“Aku menemukan ini,” kata Arka sambil menunjukkan cincin merah darah di tangannya. “Cincin ini bisa membantuku melindungimu. Aku akan melakukan apa pun agar kita bisa bersama, Selena.”

Selena menatapnya dengan campuran rasa terkejut dan kagum. Ia tahu apa yang Arka hadapi untuk mendapatkan cincin itu, dan itu hanya membuat perasaannya semakin kuat.

“Arka,” katanya pelan, menggenggam tangannya. “Kau tidak seharusnya mengambil risiko sebesar ini. Dunia kita terlalu berbeda. Tapi aku… aku tidak bisa menyangkal perasaanku padamu.”

Arka tersenyum tipis. “Aku tidak peduli dengan dunia kita. Aku hanya peduli padamu.”

Namun, di tengah momen mereka, bayangan gelap muncul dari balik pepohonan. Damian berdiri di sana, matanya berkilau dengan kemarahan.

“Selena,” katanya dengan nada penuh ancaman, “kau telah melampaui batas.”

Damian melangkah maju, dan suasana berubah menjadi tegang. Selena dan Arka tahu bahwa malam itu akan menjadi awal dari pertempuran besar antara cinta dan takdir.

Bab 7: Konflik Dua Dunia

Malam itu, suasana di hutan berubah menjadi menegangkan. Damian berdiri hanya beberapa langkah dari Selena dan Arka. Mata keemasannya berkilau tajam di bawah sinar bulan, memancarkan ancaman yang tak dapat disembunyikan. Selena berdiri di depan Arka, melindunginya dengan tubuhnya sendiri, sementara Arka mencengkeram cincin merah darah yang baru saja ia peroleh.

“Selena,” suara Damian terdengar rendah namun dingin, “Kau telah membuat pilihan yang salah. Apa kau benar-benar berpikir manusia ini bisa melindungimu?”

“Aku tidak butuh perlindunganmu, Damian,” jawab Selena tegas. “Dan aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya.”

Damian tertawa kecil, tetapi tawanya tidak menunjukkan keriangan. “Kau lupa, Selena. Aku bukan hanya sekutu ayahmu, aku adalah calon suamimu. Dan manusia ini adalah ancaman bagi segalanya.”

“Dia bukan ancaman,” bantah Selena. “Kaulah yang menjadi ancaman, Damian. Kau mencoba memaksakan kehendakmu, tapi aku tidak akan pernah menjadi milikmu.”

Mata Damian menyipit, menunjukkan amarah yang perlahan menguasainya. “Kalau begitu, biarkan aku menunjukkan kenapa manusia tidak pernah bisa menjadi bagian dari dunia kita.” Dengan kecepatan luar biasa, Damian melesat maju ke arah Arka.

Namun, sebelum Damian sempat menyentuhnya, cincin merah darah di tangan Arka bersinar terang. Sinar itu memaksa Damian mundur, membuatnya menggeram kesakitan. “Apa ini?” tanyanya dengan suara penuh kemarahan.

Arka berdiri dengan keberanian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. “Ini adalah kekuatan yang tidak bisa kau pahami, Damian. Dan aku akan menggunakannya untuk melindungi Selena.”

Damian melangkah maju lagi, kali ini lebih berhati-hati. “Kau tidak tahu apa yang kau hadapi, manusia. Cincin itu mungkin memberimu kekuatan sementara, tapi itu tidak cukup untuk melawan kekuatan sejati vampir.”

Selena meraih tangan Arka, mencoba memberinya kekuatan. “Arka, kau tidak perlu melawan dia. Kita bisa pergi dari sini, meninggalkan semua ini.”

“Tidak,” jawab Arka. “Aku tidak akan lari lagi, karena sudah memutuskan, Selena. Baiklah aku akan melindungimu, apa pun yang terjadi.”

Di sisi lain, di istana Kerajaan Noctis, Raja Vladimir mendengar kabar bahwa Selena dan Damian terlibat dalam konfrontasi di hutan. Sir Kael, penasihat kerajaan, segera melaporkan situasinya.

“Yang Mulia,” kata Sir Kael, “Putri Selena telah melanggar aturan kerajaan. Ia tidak hanya melibatkan diri dengan manusia, tetapi juga melawan Raja Damian. Ini adalah penghinaan besar.”

Raja Vladimir mengangguk perlahan, wajahnya gelap. “Aku tahu Selena keras kepala, tetapi aku tidak menyangka ia akan sejauh ini. Jika ini dibiarkan, reputasi kerajaan kita akan runtuh.”

“Apa langkah Anda selanjutnya, Yang Mulia?” tanya Sir Kael.

“Kirim pasukan,” perintah Raja Vladimir. “Bawa Selena kembali, hidup atau mati. Dan bunuh manusia itu.”

Sir Kael membungkuk dalam, lalu pergi untuk melaksanakan perintah tersebut. Di dalam hatinya, Raja Vladimir merasakan pergulatan batin. Ia tahu bahwa Selena adalah putrinya, tetapi ia juga harus menjaga kehormatan kerajaan.


Kembali ke hutan, pertempuran antara Arka dan Damian semakin memanas. Damian menyerang dengan kekuatan vampirnya yang luar biasa, tetapi sinar dari cincin merah darah membuatnya terus terhalang. Selena mencoba menghentikan pertarungan, tetapi Damian terlalu marah untuk mendengarkan.

“Aku tidak akan membiarkan manusia sepertimu menghancurkan dunia kami!” teriak Damian sambil melancarkan serangan lain.

Namun, kali ini, Arka melawan dengan lebih percaya diri. Ia mengarahkan cincin itu ke Damian, memancarkan cahaya merah yang lebih terang. Damian terlempar mundur, menabrak pohon besar hingga retak.

“Kau…!” Damian menggeram, darah mengalir dari sudut bibirnya. “Aku akan membunuhmu, manusia.”

Sebelum Damian bisa menyerang lagi, suara-suara langkah berat terdengar dari kejauhan. Pasukan vampir yang dikirim Raja Vladimir telah tiba, mengepung Selena dan Arka.

“Putri Selena,” salah satu prajurit berkata, “kami diperintahkan untuk membawamu kembali ke istana.”

Selena berdiri dengan tegak, menolak untuk menunjukkan rasa takut. “Aku tidak akan kembali. Dan aku tidak akan membiarkan kalian menyentuh Arka.”

“Ini adalah perintah raja,” jawab prajurit itu. “Jika kau melawan, kami tidak punya pilihan lain.”

Damian bangkit perlahan, menyeringai meski tubuhnya terluka. “Kalian dengar itu, Selena? Bahkan ayahmu tahu bahwa kau harus dihukum.”

Arka melangkah maju, berdiri di samping Selena. “Jika kalian ingin menyakitinya, kalian harus melewati aku terlebih dahulu.”

Pasukan vampir menyerang tanpa ragu, tetapi Arka menggunakan kekuatan cincin untuk melindungi dirinya dan Selena. Sinar merah darah dari cincin menciptakan penghalang yang tidak bisa ditembus oleh para prajurit. Damian, yang berdiri di belakang, hanya menyaksikan dengan wajah penuh kebencian.

Namun, Selena tahu bahwa mereka tidak bisa bertahan lama. “Arka,” katanya, menggenggam tangannya, “kita harus pergi. Ini bukan tempat yang aman.”

Arka mengangguk. Dengan kekuatan terakhirnya, ia menggunakan cincin untuk menciptakan ledakan cahaya yang membutakan para prajurit. Dalam kebingungan itu, ia dan Selena melarikan diri ke dalam kegelapan hutan.

Di tempat yang aman jauh dari istana, Selena dan Arka duduk di bawah pohon besar. Keduanya kelelahan, tetapi mereka merasa lega karena berhasil lolos.

“Ini baru awal,” kata Selena pelan, suaranya penuh kesedihan. “Ayahku tidak akan berhenti sampai ia memisahkan kita.”

“Aku tidak peduli,” jawab Arka, menatapnya dengan mata penuh tekad. “Selena, aku akan melindungimu, apa pun yang terjadi. Kita akan menemukan cara untuk melawan mereka.”

Selena tersenyum tipis, meski air mata mengalir di pipinya. “Arka, aku tidak tahu bagaimana ini akan berakhir. Tapi aku tahu satu hal—aku tidak akan pernah melepaskanmu.”

Malam itu, di bawah sinar bulan yang pucat, cinta mereka semakin kuat, meski dunia di sekitar mereka mulai runtuh. Perang antara dua dunia—manusia dan vampir—sudah tidak bisa dihindari.

Bab 8: Pilihan yang Sulit

Setelah melarikan diri dari pasukan Raja Vladimir dan Damian, Selena dan Arka menemukan perlindungan di sebuah gua tua yang tersembunyi di dalam hutan. Tempat itu gelap, tetapi hangat oleh cahaya api kecil yang mereka nyalakan. Selena duduk bersandar pada dinding batu, menatap wajah Arka yang penuh luka. Meskipun lelah, ada keteguhan yang terpancar dari tatapannya.

“Arka,” Selena memulai, suaranya pelan. “Aku tidak bisa terus menyeretmu ke dalam dunia ini. Semakin jauh kita melangkah, semakin besar bahaya yang akan kita hadapi.”

Arka menatap Selena dengan mata penuh kasih sayang. “Aku tahu risikonya, Selena. Tapi aku tidak akan meninggalkanmu. Aku memilih untuk berada di sisimu, apa pun yang terjadi.”

Selena menggenggam tangannya, tetapi hatinya tetap gelisah. Ia tahu bahwa pilihan mereka untuk bersama tidak hanya melawan takdir, tetapi juga membawa mereka pada bahaya yang tidak bisa dihindari.

Di istana, Raja Vladimir duduk di singgasananya dengan raut wajah yang lebih gelap dari biasanya. Damian berdiri di hadapannya, tubuhnya masih menunjukkan bekas luka dari pertarungan dengan Arka.

“Dia semakin liar,” kata Damian, penuh kemarahan. “Selena telah melanggar semua aturan kerajaan. Jika kita tidak bertindak sekarang, dia akan menghancurkan segalanya.”

Raja Vladimir menghela napas berat, matanya memancarkan rasa kecewa yang mendalam. “Selena adalah darah dagingku, Damian. Aku tidak akan membiarkannya dihukum seperti penjahat.”

“Dan apa yang akan kau lakukan?” Damian balas menantang. “Jika kau membiarkannya, ia akan membawa kehancuran pada kerajaan ini. Kau tahu kutukan yang akan terjadi jika vampir dan manusia bersatu.”

“Diam, Damian!” suara Raja Vladimir menggema di aula. “Aku akan menyelesaikan ini dengan caraku.”

Damian menyeringai tipis, tetapi ia tidak membalas. Dalam hatinya, ia tahu bahwa Raja Vladimir mulai kehilangan kendali atas situasi ini. Ia memutuskan untuk bertindak sendiri.

Sementara itu, Selena dan Arka mencoba menyusun rencana. Cincin merah darah yang dimiliki Arka terbukti mampu melindungi mereka dari ancaman, tetapi Selena tahu itu tidak akan bertahan lama. Damian dan pasukan vampir lainnya akan terus memburu mereka.

“Selena,” kata Arka, memecah keheningan. “Kita tidak bisa terus bersembunyi seperti ini. Kita harus menghadapi mereka.”

“Aku tahu,” jawab Selena pelan. “Tapi jika kita melawan, itu berarti kita juga menantang ayahku. Aku tidak ingin melawannya, Arka. Meski ia keras, ia tetap ayahku.”

“Aku mengerti,” Arka menenangkan Selena. “Tapi kita harus menemukan cara untuk menunjukkan bahwa cinta kita bukan ancaman bagi mereka.”

Selena terdiam sejenak, lalu mengingat sesuatu. “Ada legenda tentang tempat suci di perbatasan Kerajaan Vampir Noctis. Tempat itu disebut Celah Bintang, sebuah tempat di mana para vampir kuno membuat perjanjian dengan dewa-dewa kegelapan. Di sana, setiap sumpah yang diucapkan akan dianggap sakral dan tidak bisa dilanggar.”

“Dan kau berpikir kita bisa menggunakan tempat itu untuk menghentikan mereka?” tanya Arka.

“Ya,” jawab Selena dengan tegas. “Jika kita bisa mencapai tempat itu, kita bisa membuat sumpah yang melindungi cinta kita. Tapi perjalanan ke sana sangat berbahaya. Tempat itu dijaga oleh para vampir kuno yang tidak terikat pada aturan kerajaan.”

Arka menggenggam tangan Selena. “Aku tidak peduli seberapa berbahayanya. Jika itu satu-satunya cara, kita harus mencobanya.”

Selena mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi kekhawatiran. Perjalanan ini tidak hanya akan menguji cinta mereka, tetapi juga keberanian mereka untuk melawan takdir.


Dalam perjalanan menuju Celah Bintang, mereka dihadang oleh Damian. Kali ini, Damian tidak sendirian. Ia membawa pasukan kecil yang terdiri dari vampir-vampir kuat.

“Selena,” suara Damian penuh nada ejekan. “Kau pikir kau bisa lari dariku? Kau tidak akan pernah sampai ke Celah Bintang.”

Selena berdiri tegak, meskipun rasa takut mengintai di hatinya. “Damian, hentikan ini. Kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan.”

Damian tertawa kecil. “Apa yang aku inginkan, Selena, adalah kau. Dan aku tidak peduli berapa banyak manusia bodoh yang harus aku bunuh untuk mendapatkannya.”

Arka maju, melindungi Selena di belakangnya. “Kau tidak akan menyentuhnya, Damian.”

Damian menyeringai, lalu memberi isyarat kepada pasukannya untuk menyerang. Arka menggunakan kekuatan cincin merah darah untuk melindungi mereka, tetapi jumlah musuh terlalu banyak. Selena membantu sebisanya, menggunakan kekuatan vampirnya untuk melawan.

Pertarungan berlangsung sengit. Damian, dengan kekuatan luar biasanya, berhasil mendesak mereka. Namun, sebelum Damian sempat melancarkan serangan terakhir, cahaya terang muncul dari cincin di tangan Arka. Cahaya itu begitu kuat hingga membuat Damian dan pasukannya terlempar mundur.

Selena memanfaatkan kesempatan itu untuk menarik Arka. “Kita harus pergi sekarang!” katanya.

Arka, meskipun terluka, mengikuti Selena. Mereka melarikan diri menuju Celah Bintang, meninggalkan Damian yang berteriak penuh amarah.

Saat mereka akhirnya tiba di Celah Bintang, tempat itu memancarkan aura magis yang kuat. Pilar-pilar batu besar menjulang tinggi, dan di tengahnya ada altar bercahaya yang tampak seperti menyimpan kekuatan kuno. Selena dan Arka berdiri di depan altar, saling menatap dengan penuh kepercayaan.

“Ini adalah pilihan kita,” kata Selena. “Jika kita membuat sumpah di sini, tidak ada yang bisa memisahkan kita. Tapi kita juga harus siap menghadapi apa pun konsekuensinya.”

Arka mengangguk. “Aku siap, Selena. Selama aku bersamamu, aku akan menghadapi apa pun.”

Dengan tangan mereka yang saling menggenggam, Selena dan Arka melangkah ke altar. Mereka tahu bahwa sumpah yang akan mereka buat tidak hanya akan mengubah hidup mereka, tetapi juga dunia mereka selamanya.

Bab 9: Pengorbanan di Bawah Bulan Purnama

Cahaya bulan purnama menyinari Celah Bintang, menerangi altar kuno yang berdiri megah di tengah lingkaran pilar batu raksasa. Selena dan Arka berdiri di depan altar, tangan mereka saling menggenggam erat. Udara di sekitar mereka terasa berat, dipenuhi dengan kekuatan magis yang menggetarkan jiwa. Mereka tahu, malam ini akan menjadi penentu takdir mereka.

“Arka,” bisik Selena, matanya menatap dalam ke arah pria yang telah mempertaruhkan segalanya untuk bersamanya. “Apa pun yang terjadi, aku ingin kau tahu bahwa aku tidak pernah menyesal memilihmu.”

Arka membalas tatapannya dengan senyum lembut. “Dan aku tidak pernah menyesal melawan seluruh dunia untukmu, Selena.”

Mereka berdua memejamkan mata, memusatkan energi mereka pada altar. Selena mulai melafalkan sumpah dalam bahasa kuno yang diajarkan ibunya bertahun-tahun lalu. Kata-katanya melayang di udara, menciptakan gemuruh halus yang menggema di antara pilar-pilar batu.

“Dengan darah dan jiwa kami,” ucap Selena, suaranya tegas namun penuh emosi, “kami bersumpah untuk saling melindungi. Cinta kami akan melampaui batas dunia ini dan dunia selanjutnya.”

Arka melanjutkan sumpah itu dengan suara yang mantap. “Apa pun yang datang, kami tidak akan terpisahkan. Jika ada yang mencoba menghancurkan cinta ini, maka biarlah kutukan mereka kembali kepada mereka sendiri.”

Seketika, cahaya merah menyala dari cincin yang melingkar di jari Arka, bergabung dengan cahaya biru yang muncul dari tangan Selena. Keduanya menyatu menjadi lingkaran cahaya yang melingkupi tubuh mereka, membentuk perisai tak terlihat. Sumpah itu telah tercipta, namun harga yang harus dibayar belum sepenuhnya mereka ketahui.

Di luar Celah Bintang, pasukan Raja Vladimir tiba bersama Damian. Wajah Raja Vladimir terlihat murka, sementara Damian tampak penuh tekad untuk menghentikan Selena dan Arka. Mereka mendobrak masuk ke dalam lingkaran pilar dengan kekuatan besar.

“Selena!” teriak Raja Vladimir dengan suara menggema. “Apa yang kau lakukan? Kau akan menghancurkan segalanya!”

Selena berbalik, tatapannya penuh keberanian. “Ayah, aku tidak menghancurkan apa pun. Aku hanya memilih hidupku sendiri!”

“Ini bukan tentang hidupmu sendiri,” balas Raja Vladimir dengan marah. “Ini tentang kehormatan kerajaan! Hubunganmu dengan manusia adalah dosa yang tidak bisa dimaafkan!”

Damian melangkah maju, matanya memancarkan kebencian yang mendalam. “Cinta ini adalah penghinaan terhadap dunia kita, Selena. Kau tidak hanya melawan ayahmu, tetapi seluruh kerajaan vampir!”

Arka maju, berdiri di samping Selena. “Kalian mungkin menganggap cinta kami sebagai ancaman, tapi kami tidak akan menyerah. Jika kalian ingin menghentikan kami, kalian harus melewati aku.”

Damian menyeringai, lalu menyerang tanpa ragu. Pertarungan kembali pecah, kali ini lebih sengit dari sebelumnya. Pasukan vampir mengepung Selena dan Arka, tetapi kekuatan dari sumpah mereka memberikan perlindungan luar biasa. Cincin merah darah memancarkan cahaya yang menahan serangan para vampir, sementara Selena menggunakan kekuatan magisnya untuk melawan Damian.


Namun, di tengah pertempuran, Selena menyadari sesuatu. Sumpah yang mereka buat di altar memiliki harga—kekuatan yang melindungi mereka perlahan menguras energi hidupnya. Tubuh Selena mulai melemah, tetapi ia tetap berdiri teguh.

“Arka,” kata Selena dengan suara lemah, “kita tidak bisa terus seperti ini. Aku harus melakukan sesuatu.”

“Apa maksudmu?” tanya Arka, panik melihat Selena yang mulai kehabisan tenaga.

“Aku harus menggunakan sisa kekuatanku untuk menghentikan mereka semua. Ini satu-satunya cara,” jawab Selena dengan mata penuh tekad.

“Tidak!” balas Arka. “Kita akan menemukan cara lain! Aku tidak akan membiarkanmu mengorbankan dirimu.”

Selena tersenyum tipis, air mata mengalir di pipinya. “Cinta kita sudah cukup kuat untuk melampaui apa pun, Arka. Percayalah padaku.”

Sebelum Arka sempat menghentikannya, Selena melangkah maju ke tengah lingkaran altar. Ia mengangkat tangannya ke langit, memanggil kekuatan terakhir dari Celah Bintang. Cahaya biru yang menyilaukan memenuhi tempat itu, membuat semua vampir berhenti menyerang.

Damian dan Raja Vladimir terkejut melihat Selena mengorbankan dirinya. Raja Vladimir mencoba menghentikannya, tetapi terlambat. Dengan suara penuh keberanian, Selena mengucapkan mantra terakhirnya.

“Dengan kekuatan ini, aku memutuskan rantai kebencian antara manusia dan vampir. Biarlah cinta kami menjadi pengorbanan terakhir.”

Cahaya biru itu meledak, menciptakan gelombang energi yang menyapu seluruh Celah Bintang. Para vampir terlempar keluar, termasuk Damian dan Raja Vladimir. Namun, Selena jatuh ke tanah, tubuhnya lemah tak berdaya.

Arka berlari menghampirinya, memeluk tubuh Selena yang mulai memudar. “Tidak, Selena! Kau tidak bisa meninggalkanku!”

Selena tersenyum lembut, tangannya menyentuh wajah Arka. “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Arka. Aku akan selalu bersamamu, dalam hatimu.”

Air mata Arka mengalir deras, tetapi ia tahu bahwa cinta Selena tidak akan pernah hilang. Di bawah sinar bulan purnama, Selena menghembuskan napas terakhirnya, meninggalkan Arka dengan hati yang hancur namun penuh rasa cinta yang abadi.

Celah Bintang kini kembali sunyi, tetapi keajaibannya masih terasa. Sumpah Selena dan Arka telah mengubah segalanya. Damian dan Raja Vladimir mundur, memahami bahwa cinta sejati lebih kuat daripada kekuatan apa pun. Meskipun kehilangan Selena, Arka berjanji untuk menjaga dunia yang telah ia dan Selena perjuangkan.

Malam itu, cinta mereka menjadi legenda, diceritakan selama berabad-abad sebagai bukti bahwa cinta sejati tidak pernah mengenal batas.

Bab 10: Akhir yang Tak Terduga

Arka duduk sendirian di Celah Bintang, tempat yang kini terasa hening dan penuh kenangan. Cahaya bulan purnama menerangi altar kuno, di mana Selena telah memberikan pengorbanan terakhirnya. Hatinya berat, tetapi ada ketenangan aneh yang menyelimuti dirinya. Meski Selena telah tiada, cinta mereka tetap hidup, memancarkan kekuatan yang tak terlihat.

Arka menggenggam cincin merah darah di tangannya, yang kini memancarkan cahaya lembut, seakan menjadi penghubung antara dirinya dan Selena. Setiap kali ia menatapnya, ia merasa kehadiran Selena di sisinya, membisikkan kata-kata keberanian.

Namun, ia tahu bahwa ia tidak bisa terus berada di sini. Dunia di luar sana menunggu perubahan, dan itu adalah tugasnya untuk memastikan pengorbanan Selena tidak sia-sia.

Di istana Kerajaan Noctis, Raja Vladimir berdiri di balkon, menatap hamparan lembah yang gelap. Pikiran tentang Selena terus menghantui dirinya. Ia merasa kehilangan bukan hanya sebagai seorang raja, tetapi juga sebagai seorang ayah. Pengorbanan Selena telah mengguncang keyakinannya tentang aturan yang selama ini ia pegang teguh.

“Damian,” katanya tanpa menoleh. Damian berdiri beberapa langkah di belakangnya, wajahnya penuh kekecewaan dan amarah.

“Ya, Yang Mulia?” jawab Damian dengan nada datar.

“Kita telah salah,” ujar Raja Vladimir perlahan. “Selama ini, kita hanya melihat manusia sebagai ancaman. Tetapi Selena… ia membuktikan bahwa cinta melampaui batas itu. Aku tidak akan membiarkan pengorbanannya sia-sia.”

Damian mengerutkan kening. “Dan apa yang akan kau lakukan? Membiarkan manusia dan vampir hidup berdampingan? Itu bertentangan dengan segalanya yang kita perjuangkan.”

“Tidak,” jawab Raja Vladimir dengan nada tegas. “Itu adalah jalan yang harus kita ambil. Jika kita terus memupuk kebencian, kita hanya akan membawa kehancuran bagi dunia kita sendiri.”

Damian terdiam, meskipun hatinya belum sepenuhnya menerima. Namun, ia tahu bahwa pengorbanan Selena tidak bisa diabaikan begitu saja.


Beberapa bulan berlalu sejak malam yang mengubah segalanya. Arka kembali ke desanya, tetapi hidupnya tidak lagi sama. Ia menggunakan waktunya untuk menyebarkan kisah tentang cinta dan pengorbanan Selena. Kisah itu menjadi inspirasi bagi banyak orang, manusia maupun vampir, yang perlahan-lahan mulai menerima gagasan bahwa kedua dunia mereka bisa hidup berdampingan.

Di Kerajaan Noctis, Raja Vladimir memulai perubahan besar. Ia menghapus aturan kuno yang melarang hubungan antara vampir dan manusia. Meski tidak semua vampir menyetujui keputusan itu, perubahan perlahan mulai terasa. Damian, yang akhirnya menerima kenyataan, memutuskan untuk mendukung langkah Raja Vladimir. Ia percaya bahwa Selena tidak akan mengorbankan dirinya jika cinta itu tidak layak diperjuangkan.

Pada suatu malam, Arka kembali ke Celah Bintang, tempat yang kini menjadi suci bagi banyak orang. Ia berdiri di depan altar, memandang langit yang penuh bintang. Ia berbicara, meskipun ia tahu Selena tidak benar-benar ada di sana.

“Selena,” katanya pelan, “aku merindukanmu. Tapi aku tahu, kau selalu bersamaku. Aku berjanji akan menjaga dunia ini, seperti yang kau inginkan.”

Tiba-tiba, angin lembut berhembus, membawa aroma bunga yang mengingatkan Arka pada Selena. Ia tersenyum, merasa bahwa Selena mendengar setiap kata yang ia ucapkan.

Kisah Selena dan Arka menjadi legenda yang diceritakan dari generasi ke generasi. Di dunia yang dulu dipenuhi oleh kebencian, cinta mereka membuka jalan menuju perdamaian. Meski Selena telah tiada, pengaruhnya tetap hidup, mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Dan di bawah langit penuh bintang, cinta mereka terus bersinar abadi, menjadi pengingat bahwa bahkan di tengah kegelapan, cahaya cinta sejati akan selalu menemukan jalannya.

Tamat_

Novel Romantis ini ditulis oleh Evi Fauzi, Penulis dari Novel Singkat . Baca juga novel romantis dan fiksi ilmiah lainnya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *