Skip to content

Baca Novel Singkat Di sini

Menu
  • Home
  • Pilihan Novel
    • Romansa
    • Fiksi Ilmiah
    • Petualangan
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Terms and Conditions
Menu
Rumah Mewah

Novel Singkat: Lantai 38 – Antara Merger Perusahaan, Rumah Mewah

Posted on July 24, 2025

Tersembunyi di antara kaca dan baja lantai 38 sebuah gedung pencakar langit di kawasan SCBD, ambisi dan hasrat berjalan berdampingan. Dunia korporat yang dipenuhi strategi bisnis bernilai miliaran kerap menyembunyikan rahasia yang tak tertulis dalam laporan keuangan.

Di balik rapat tertutup dan ruang eksekutif, sebuah cerita terlarang mulai tumbuh dalam senyap.

Bab 1 – Lantai Tanpa Bayangan

Langit Jakarta masih tampak samar saat lift berhenti sempurna di lantai 38. Ruang kantor dengan fit-out premium dan jendela setinggi langit-langit menyambut siapa pun yang masuk dengan nuansa dingin yang megah. Di balik desain interior bergaya modern minimalis itu, berdenyut kehidupan bisnis bernilai jutaan dolar yang tidak pernah benar-benar tidur.

Nadine melangkah perlahan melewati koridor marmer yang berkilau, menuju ruang kerja yang menghadap langsung ke jantung kawasan SCBD. Di luar kaca, lalu lintas padat dan barisan gedung dengan nilai strata title tinggi terlihat seperti miniatur kota. Ia bukan sekadar bagian dari dunia ini—ia adalah salah satu penggeraknya. Sebagai Chief Financial Officer dari perusahaan teknologi yang baru saja memperoleh pendanaan Seri C, tugasnya adalah menjaga agar angka-angka terus tumbuh dan kepercayaan investor tetap stabil.

Beberapa bulan terakhir, perusahaan mulai menjajaki opsi merger dan akuisisi dengan firma investasi berbasis Dubai. Nilai valuasi yang diperkirakan akan meningkat signifikan membuat tim eksekutif bekerja dalam diam namun penuh tekanan. Nadine tahu, setiap langkah yang diambil bisa memengaruhi proyeksi EBITDA yang telah disusun dengan cermat dalam dokumen pitch kepada calon investor. Sebuah kesalahan kecil saja bisa menggoyang struktur modal yang dibangun dengan disiplin tinggi.

Di ruangan seberang, pria yang menjadi wajah perusahaan itu duduk menghadap layar lebar, memantau fluktuasi saham sektor teknologi yang mendadak fluktuatif. Tak ada yang benar-benar memperhatikan bagaimana hubungan profesional yang intens bisa melahirkan sesuatu yang lain—lebih dalam, lebih sulit dikendalikan. Mereka sering pulang paling akhir, tenggelam dalam laporan due diligence, studi valuasi, dan skenario post-deal integration. Tapi ada sesuatu yang tidak pernah tercantum dalam file berlabel “confidential”: perasaan yang mulai tumbuh tanpa izin.

Di ruang sebesar itu, dengan sistem smart lighting dan pendingin udara otomatis, tidak ada tempat bagi bayangan. Semua terlihat terang, namun tidak semuanya bisa dijelaskan dengan data dan grafik pertumbuhan. Karena di balik proyek ekspansi internasional dan rencana pembukaan kantor cabang Singapura, terselip sesuatu yang tak terdefinisi dalam teori manajemen risiko—sebuah keterikatan yang pelan-pelan tumbuh di ruang hening yang terlalu sempurna.

Bab 2 – Angka yang Tak Pernah Netral

Pagi itu, Nadine duduk sendirian di ruang rapat berpanel akustik yang menghadap ke arah Bundaran HI. Dokumen bertanda rahasia terbuka di layar laptopnya, berisi ringkasan hasil due diligence dari konsultan eksternal. Sejumlah terminologi keuangan berderet seperti mantra—rasio utang, burn rate, valuasi tertimbang, hingga potensi private equity exit yang dinilai menguntungkan dalam kurun dua tahun mendatang.

Perusahaan mereka telah berkembang pesat sejak pivot ke model SaaS dua tahun sebelumnya. Pendapatan berulang bulanan naik signifikan, dan kini mereka sedang mempertimbangkan ekspansi ke kawasan Asia Tenggara, dengan fokus awal pada Kuala Lumpur dan Ho Chi Minh City. Lokasi-lokasi ini tidak hanya strategis dari sisi operasional, tetapi juga menawarkan insentif fiskal bagi entitas asing yang membuka kantor representatif resmi.

Di sisi lain, Nadine tengah menyusun ulang proyeksi anggaran untuk akuisisi dua properti komersial. Salah satunya adalah gedung perkantoran Grade A di daerah Mega Kuningan yang baru saja masuk pasar dengan estimasi harga premium. Tujuan utamanya adalah memiliki aset tetap bernilai tinggi yang bisa menjadi collateral jika sewaktu-waktu diperlukan pendanaan jangka pendek melalui pinjaman institusional.

Di dalam semua perhitungan itu, nama pria yang kini semakin sering muncul dalam kesehariannya kembali berputar di pikirannya. Bukan sebagai CEO, bukan pula sebagai decision maker tunggal, tapi sebagai kehadiran yang terasa terlalu dekat dalam ruang yang terlalu formal. Ketika keduanya diminta menghadiri forum bisnis di Singapura bulan depan—di mana pembicaraan akan berfokus pada transformasi digital dan strategi ekspansi ASEAN—ia tahu bahwa garis tipis antara urusan kerja dan urusan hati akan diuji lagi.

Namun Nadine tetap menjaga presisi. Seperti ia menjaga struktur laporan keuangan, seperti ia memastikan bahwa margin EBITDA tidak terganggu oleh biaya-biaya tak terduga. Di dunia ini, segalanya harus logis, bisa dipertanggungjawabkan, bisa disusun dalam tabel dan grafik. Sayangnya, tidak semua hal mengikuti prinsip akuntansi akrual.

Langit di luar sudah mulai cerah ketika tim legal mengirimkan update tentang perjanjian pendahuluan akuisisi. Hari akan kembali berjalan seperti biasa. Tapi jauh di dalam ruang batin yang tak terdata, ada sesuatu yang tidak lagi bisa disebut netral.

Bab 3 – Risiko yang Tidak Dihitung

Pertemuan tahunan investor diselenggarakan di sebuah hotel bintang lima di kawasan Menteng, dengan dekorasi mewah yang dipadukan teknologi presentasi interaktif. Nadine tiba lebih awal, mengenakan tampilan profesional yang nyaris sempurna. Ia membawa laporan komprehensif berisi capaian tahunan, roadmap produk, dan ringkasan strategi mitigasi risiko untuk tahun fiskal berikutnya. Semua telah disiapkan berhari-hari, diperiksa hingga ke baris terakhir, agar tidak ada celah dalam narasi pertumbuhan perusahaan.

Para pemegang saham mayoritas hadir, sebagian besar adalah individu berkekayaan tinggi dengan portofolio investasi lintas sektor: properti, infrastruktur, dan kendaraan bermotor premium. Salah satu dari mereka bahkan memiliki jaringan dealer mobil mewah yang tengah berkembang ke segmen mobil listrik eksklusif—sebuah peluang sinergi yang sempat dibahas dalam sesi terbatas.

Dalam presentasinya, Nadine memaparkan bagaimana perusahaan akan memanfaatkan teknologi cloud computing dan automated data analytics untuk mendukung keputusan strategis. Ia menyisipkan metrik kinerja dan dampaknya terhadap valuasi pasar, menyadari bahwa semua di ruangan itu hanya tertarik pada satu hal: pertumbuhan yang berkelanjutan.

Di sela acara, ruang lounge VIP menjadi tempat yang tidak hanya menyajikan hidangan eksklusif, tetapi juga interaksi personal yang tidak tercatat dalam berita resmi perusahaan. Di sinilah Nadine kembali berpapasan dengan sosok yang mulai menjadi poros emosional dalam hidupnya. Dalam keadaan formal sekalipun, jarak keduanya tidak pernah benar-benar steril. Interaksi yang tampak profesional dari luar itu menyimpan dinamika yang sulit diredam oleh nalar bisnis.

Sepulang dari acara, Nadine melewati kawasan properti komersial CBD yang selalu hidup, bahkan menjelang tengah malam. Ia memperhatikan papan iklan digital yang mempromosikan apartemen high-rise dengan concierge 24 jam dan fitur smart home built-in. Semua tampak sempurna di permukaan, seperti struktur yang kokoh dan terencana. Tapi ia tahu, tak semua hal di dunia ini bisa dirancang sepresisi denah arsitektur.

Risiko emosional tak pernah masuk dalam proyeksi manajemen. Tak ada spreadsheet yang mampu memperkirakan bagaimana kedekatan personal bisa menggeser garis etis yang selama ini dijaga. Ia mulai memahami bahwa ada jenis risiko yang paling sunyi—yang justru muncul di tempat paling terang dan profesional.

Bab 4 – Di Antara Strategi dan Simpul Tak Terurai

Minggu pagi di vila pribadi kawasan Puncak seharusnya menjadi waktu untuk melepaskan penat. Namun bagi Nadine, agenda akhir pekan kali ini adalah sesi internal eksklusif bersama tim manajemen puncak. Dalam format tertutup, mereka membahas strategi konsolidasi lintas entitas, termasuk pembentukan anak perusahaan baru untuk menangani lini teknologi finansial yang sedang dirintis. Suasana yang santai tidak mengurangi tekanan, karena keputusan yang dibuat di ruangan itu akan menentukan arah bisnis dalam tiga tahun ke depan.

Setelah sesi diskusi selesai, Nadine menyendiri di teras belakang vila yang menghadap hamparan hijau. Ia memandangi laporan keuangan yang masih terbuka di tablet—salah satu sub-bab menyoroti opsi pembelian aset properti pasif sebagai bentuk diversifikasi. Beberapa opsi mengarah pada ruko komersial premium di lokasi strategis yang bisa disewakan ke pelaku usaha ritel modern. Nilainya stabil, risikonya rendah, dan pengembaliannya cukup menjanjikan.

Namun, pikirannya sulit fokus. Semakin hari, intensitas interaksi dengan CEO perusahaan bukan lagi terbatas pada agenda kerja. Walau tak pernah melampaui batas secara eksplisit, ada semacam tarikan emosional yang tak lagi bisa dianggap remeh. Dalam struktur bisnis yang ketat, hubungan profesional seharusnya tidak memiliki simpul emosional. Tapi kenyataannya, garis itu makin kabur.

Saat malam turun, grup direksi diundang makan malam di restoran rooftop hotel bintang lima yang terintegrasi dengan menara perkantoran mewah di Jakarta Selatan. Dari ketinggian itu, lampu kota membentang seperti jaringan koneksi yang saling bertaut. Nadine duduk berseberangan dengan sosok yang pikirannya sulit dielakkan. Mereka tidak bicara banyak, namun ruang di antara mereka diisi dengan hal-hal yang tidak bisa dirumuskan dalam business plan.

Di tengah suara musik instrumental dan cahaya temaram, Nadine memikirkan satu hal: akankah semua ini bertahan, atau akan runtuh oleh sesuatu yang tak terdefinisi? Ia bisa menyusun laporan portofolio investasi, menilai risiko likuiditas, dan memperkirakan pertumbuhan pasar. Tapi tidak ada indikator performa untuk hati yang berbelok arah di tengah jalur yang sudah dipetakan.

Bab 5 – Titik Tanpa Koordinat

Dalam ritme hidup korporat, segala sesuatu berjalan dalam struktur. Waktu terukur dalam kalender rapat, keberhasilan diukur melalui indikator kinerja, dan rencana jangka panjang dituangkan dalam proposal investasi. Namun bagi Nadine, pekan ini justru terasa tak memiliki koordinat yang pasti. Semuanya berjalan sesuai sistem, namun hatinya bergerak di luar kerangka yang ia kenal selama ini.

Di parkiran bawah tanah gedung perkantoran mereka, sederet kendaraan mewah terparkir rapi—dari Mercedes-Benz S-Class, Audi e-Tron GT, hingga Tesla Model S Long Range yang baru saja diimpor melalui skema leasing mobil premium. Mobil-mobil itu mencerminkan wajah luar para eksekutif yang mendudukinya: kuat, elegan, terencana. Tapi tidak selalu mencerminkan stabilitas batin mereka.

Hari itu, Nadine menerima draft awal untuk restrukturisasi divisi teknologi. Di dalamnya termuat rencana pembukaan hub riset regional di kawasan Asia Pasifik, dengan pusat pengembangan perangkat lunak ditempatkan di Bangalore dan Manila. Ia mencermati angka-angka anggaran, memeriksa forecast arus kas dan proyeksi integrasi tim lintas negara. Semua tampak solid secara bisnis, namun terasa berjarak dengan kekacauan yang sedang tumbuh diam-diam dalam hidup pribadinya.

Kehidupan profesional Nadine selama ini dibangun dari disiplin, kerja keras, dan keteraturan. Ia terbiasa membaca laporan risiko sebelum mengambil keputusan. Tapi kini ia menyadari bahwa tidak semua yang terjadi bisa direncanakan. Kedekatannya dengan sang CEO sudah melampaui batas-batas logika yang ia ciptakan sendiri. Tanpa satu pun kesepakatan atau ucapan, keduanya telah masuk ke dalam ruang yang tak memiliki struktur legal maupun moral.

Sore itu, ketika sebagian besar karyawan telah pulang, Nadine masih berada di lantai 38, menatap keluar jendela tinggi yang menghadap skyline kota. Di kejauhan, pembangunan apartemen smart living baru mulai dikerjakan, dipasarkan dengan konsep “keseimbangan gaya hidup dan produktivitas”. Iklan properti seperti itu sering menjadi bagian dari sponsorship perusahaan tempatnya bekerja, sebagai bagian dari sinergi lintas industri. Tapi semua itu kini terasa hampa di matanya.

Ia tahu, cepat atau lambat, keputusan harus diambil. Tidak hanya dalam portofolio bisnis, tapi juga dalam kehidupan pribadi yang mulai memantul ke ruang profesional. Titik ini bukan lagi tentang pertumbuhan bisnis atau ekspansi pasar. Ini tentang mempertanyakan kompas moral, dan apakah ia masih memiliki koordinat untuk kembali ke jalur yang benar.

Bab 6 – Kerapuhan di Balik Laporan

Langit Jakarta diselimuti mendung tipis saat Nadine tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Pagi itu ia harus menyampaikan laporan final kepada dewan direksi, berisi pemetaan risiko proyek ekspansi luar negeri dan opsi pendanaan jangka menengah. Segala sesuatu disusun rapi, dikalkulasi, dan disimulasikan berdasarkan berbagai skenario. Tidak ada ruang bagi ketidakpastian, setidaknya di atas kertas.

Namun batinnya tetap tidak selaras. Ia menyadari bahwa dunia bisnis telah memberinya kendali, tetapi kehidupan personalnya justru bergerak liar di luar batas manapun. Hubungannya yang tumbuh dalam bayang-bayang bersama sang CEO kini telah berubah dari sekadar simpati menjadi sesuatu yang lebih kompleks, lebih dalam, dan lebih mengganggu dari apa pun yang pernah ia perkirakan.

Setelah presentasi, Nadine naik ke ruang kerjanya dan memandangi tumpukan dokumen tentang opsi diversifikasi aset perusahaan. Salah satunya membahas peluang investasi di properti industri ringan di wilayah Bekasi dan Karawang. Kawasan ini tengah mengalami pertumbuhan pesat, didorong oleh kebutuhan ekspansi manufaktur dan e-commerce. Ia tahu bahwa semua proyek ini akan berjalan baik jika tidak ada gangguan—terutama gangguan dari dalam dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian, notifikasi di laptop menandai bahwa kontrak pembelian kendaraan operasional baru untuk tim lapangan telah disetujui. Kali ini, unit-unit tersebut adalah SUV hybrid mewah yang ramah lingkungan namun tetap memberikan performa tinggi. Keputusan itu diambil sebagai bagian dari inisiatif keberlanjutan perusahaan, sekaligus citra modern yang ingin dijaga di mata mitra strategis.

Namun semua keberhasilan itu terasa tidak utuh. Di ruang kerja yang dingin dan sunyi, Nadine merasa seperti bayangan dari dirinya yang dulu. Ia bisa memahami dinamika pasar, menyusun strategi, bahkan mengendalikan arah pertumbuhan perusahaan lintas negara. Tapi ia tidak bisa lagi menyembunyikan kerapuhan yang tumbuh setiap kali jarak emosional dengan pria itu semakin dekat, meskipun keduanya tak pernah benar-benar menyentuh batas yang nyata.

Sore itu, ia duduk sendirian di lounge lantai eksekutif. Dari balik kaca, siluet kawasan mixed-use yang baru dibangun terlihat gemerlap. Gedung-gedung yang menyatukan ruang kerja, hunian, dan pusat gaya hidup. Di sana, segalanya tampak seimbang. Namun di dalam dirinya, semua sudah tidak lagi sinkron. Ia tahu bahwa ketegangan ini tidak bisa terus dipertahankan. Ada sesuatu yang harus diputuskan sebelum segalanya menjadi terlalu dalam dan tak bisa kembali.

Bab 7 – Keputusan di Antara Langit Kaca

Satu minggu setelah kunjungan evaluasi ke kantor cabang regional di Singapura, Nadine kembali ke Jakarta membawa lebih dari sekadar laporan operasional. Ia membawa satu kesimpulan yang tumbuh selama penerbangan pulang, saat dirinya memandangi jendela pesawat dan membiarkan pikirannya menjelajahi ruang yang lebih sunyi dari langit itu sendiri.

Segala yang mereka bangun di perusahaan ini berjalan sesuai arah: pertumbuhan nilai valuasi, sinergi vertikal lintas unit bisnis, dan realisasi pembukaan lini produk digital baru yang mendapat antusiasme investor. Bahkan langkah terbaru—akuisisi saham minoritas dari startup kecerdasan buatan lokal—telah meningkatkan persepsi pasar terhadap kepemimpinan strategis perusahaan. Semua tampak bergerak dalam garis naik yang stabil.

Namun di sisi personal, Nadine tahu bahwa tidak semua kurva tumbuh berarti keberhasilan. Hubungan emosional yang ia simpan diam-diam bersama CEO kini telah sampai pada ujungnya. Tidak pernah ada pelanggaran yang eksplisit, tidak ada kontrak batin yang dilanggar secara nyata. Tapi jarak itu tidak lagi bisa dibungkus dengan alasan profesional. Waktu, ruang, dan sinyal diam telah cukup menjadi bukti bahwa ini bukan lagi sesuatu yang bisa didiamkan.

Di ruang kerjanya, ia membuka kembali portofolio investasi real estate kelas atas yang diajukan sebagai bagian dari strategi penguatan neraca perusahaan. Proyek ini mencakup pembelian unit penthouse di Jakarta Selatan sebagai bagian dari kantor perwakilan prestisius yang juga difungsikan sebagai hospitality suite untuk mitra bisnis. Semua perhitungan berjalan akurat. Tidak ada yang cacat secara teknis.

Namun kali ini, Nadine memutuskan untuk menyusun satu laporan tambahan. Sebuah memo pribadi yang berisi pengunduran dirinya, disusun dalam bahasa yang tenang, profesional, dan nyaris tak berperasaan. Ia memilih keluar bukan karena kalah, tapi karena sadar: tidak semua relasi harus dituntaskan dengan kepemilikan. Kadang, menyudahi sesuatu justru adalah bentuk tertinggi dari kendali.

Beberapa minggu kemudian, ia memulai lembaran baru. Sebuah firma konsultasi keuangan independen bernama Echelon Strategies berdiri dengan konsep layanan eksklusif untuk investor privat dan eksekutif kelas atas. Nadine memimpin langsung divisi perencanaan pajak dan manajemen kekayaan lintas negara. Di sana, ia kembali menemukan harmoni. Bukan dalam penghindaran, tapi dalam penciptaan ruang yang ia rancang sendiri—bersih dari simpul batin yang tak pernah selesai.

Gedung lantai 38 kini tinggal kenangan yang datar, tanpa ledakan emosi atau perpisahan dramatis. Seperti grafik bisnis yang pernah ia susun: dingin, akurat, dan efisien. Tapi di balik itu semua, Nadine tahu satu hal yang paling penting: tidak semua yang tumbuh layak dipanen. Dan tidak semua yang terasa hangat harus dimiliki.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Novel Terbaru

  • Novel Singkat: Cinta di Ujung Sajadah
  • Novel Singkat: Lantai 38 – Antara Merger Perusahaan, Rumah Mewah
  • Senja di Balkon Penthouse – Novel Singkat 7 Bab
  • Novel Pendek: Istri Kontrak Sang Sultan
  • Novel Pendek: Try Begging – Simfoni untuk Sang Tuan

Arsip

  • August 2025
  • July 2025
  • June 2025
  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025

Kategori

  • Fiksi Ilmiah
  • Petualangan
  • Romansa

Tentang Kami

Tentang Kami

aksi cinta dan kehilangan cinta dan pengorbanan Cinta dan Takdir cinta lintas dimensi cinta pertama cinta segitiga cinta sejati Cinta Terlarang cinta yang terlupakan dunia paralel eksperimen genetika Eksperimen Rahasia identitas ganda Ilmuwan kehilangan kisah cinta kisah cinta emosional kisah cinta menyedihkan kisah cinta sedih kisah cinta tragis konspirasi Misteri novel emosional novel fiksi ilmiah Novel Romantis pengkhianatan Pengorbanan Pengorbanan Cinta penjaga waktu perjalanan waktu Petualangan petualangan dimensi realitas paralel reinkarnasi romansa Romansa Cinta romansa tragis Romantis Romantis gelap romantis tragis teknologi canggih thriller thriller psikologis Thriller Waktu

Genre Favorit

  • Fiksi Ilmiah
  • Petualangan
  • Romansa
©2025 Baca Novel Singkat Di sini | Design: Newspaperly WordPress Theme